Meneropong Intensi Penggunaan ChatGPT Premium di Kalangan Akademisi

Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence mulai banyak mendapat lampu sorot, setidaknya setelah kemunculan ChatGPT ramai diperbincangkan. Padahal, isu ini bukan merupakan isu baru. Secara konteks, AI telah “ada” sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Glorifikasi akan AI semakin menjadi-jadi di era internet dan tren penyajian informasi sejenis short video duration di TikTok. Itulah mengapa, isu AI semakin “semerbak” karena “tsunami” informasi yang bisa diakses oleh siapa saja dan dimana saja.

Menelisik data dari Google Tren, tergambar jelas bahwa penelusuran web terkait ChatGPT memiliki trend yang positif selama tiga tahun terakhir. Keyword terkait ChatGPT semakin menukik tajam sejak Juni 2024 hingga artikel ini ditulis. Gelombang kepopuleran ChatGPT semakin tidak terbendung.

Jika dirinci, plotting minat pencarian dengan keyword ChatGPT di Indonesia dapat tergambar sebagai berikut.

Diketahui bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta menduduki peringkat teratas pencarian ChatGPT di Indonesia. Sementara itu, Jawa timur berada pada urutan ke 15. Tidak elok sebenarnya jika hanya berpedoman dengan “domisili” dan “kemudahan pengumpulan data” dalam proses penentuan lokus penelitian.

Namun, berdasarkan hasil screening yang telah dilakukan sekaligus mengacu pada survei oleh Populix, Kota Malang dipilih menjadi lokus. Menurut Populix, ChatGPT menduduki posisi teratas AI yang sering digunakan di Indonesia. Dimana, mayoritas responden survei tersebut berasal dari pulau Jawa (76%), diikuti pulau Sumatra (14%), dan pulau lainnya (10%). Responden berasal dari kelompok usia 17-55 tahun, didominasi oleh kelompok usia 17-15 tahun (51%), disusul kelompok usia 26-35 tahun (33%).

Dari sini diketahui bahwa pulau Jawa mendominasi ranking dan ditambah, berdasarkan hasil screening (dengan menyebarkan kuesioner) sebanyak 58% mahasiswa Jawa Timur mengaku menjadikan ChatGPT sebagai aplikasi berbasis AI yang sering digunakan dan kemudian diketahui bahwa mayoritas mahasiswa tersebut adalah mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan di Kota Malang.

Kepopuleran ChatGPT ini tidak terlepas dari pro-kontra. Jika ditarik setahun kebelakang, pada tahun 2023 — tepat beberapa saat setelah kemunculan ChatGPT– The New York Times merilis hasil survei terkait persepsi siswa sekolah atas ChatGPT. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, ditemukan bahwa para siswa khawatir mereka akan kehilangan kreativitas dan keterampilan berpikir kritis jika mereka harus mengandalkan chatbots dalam proses pembelajaran.

Namun mayoritas pendapat lain menyatakan percaya bahwa AI adalah masa depan dan siswa harus memahami teknologi yang pasti akan mereka gunakan suatu hari nanti. Mereka mengatakan ChatGPT sebenarnya dapat membantu pembelajaran. Mereka telah menggunakan ChatGPT beberapa kali untuk menguji kemampuan AI tersebut, agar mereka semakin yakin bahwa AI bisa mereka andalkan (Nytimes.com, 2023).

Lebih lanjut, Yu (2023) berpendapat bahwa tidak bijaksana untuk melarang penggunaan teknologi kecerdasan buatan seperti ChatGPT. Sebagai bagian dari kemajuan teknologi dan kecerdasan buatan yang telah berkembang pesat, revolusi AI telah tiba pada masanya. Terlebih, ChatGPT terus berbenah dan sampai pada versi ChatGPT Plus (akun premium ChatGPT) berbasis GPT-4 yang telah menyebabkan perubahan revolusioner dan menjadi kehadiran yang tak tertandingi dalam bidang pemrosesan bahasa alami.

Ya, ChatGPT terus berbenah! berbenah dari segi kualitas dan juga dari segi “bisnis”. Awal kemunculannya, ChatGPT ditawarkan secara cuma-cuma. Fitur yang ditawarkan oleh ChatGPT pada dasarnya disediakan secara gratis namun dengan batasan-batasan tertentu atau dengan kata lain merupakan layanan “freemium”.

Freemium adalah sebuah model bisnis dengan penawaran layanan mendasar secara cuma-cuma tetapi jika pengguna ingin menikmati fitur khusus atau lanjutan atau fitur bebas tanpa batasan akan dikenakan biaya yang disebut premium (Mäntymäki et al., 2020).

Konsep bisnis ini sejatinya telah diadopsi secara luas di berbagai bisnis digital seperti layanan musik, video, penyimpanan berbasis cloud, jejaring sosial hingga game. Pemimpin pasar seperti LinkedIn, Tinder, YouTube, Candy Crush, dan lainnya telah menggunakan freemium model untuk meningkatkan basis pengguna dan menghasilkan lebih banyak pendapatan dengan menerapkan strategi pembayaran mikro atau angsuran (Lakshya Pradhyuman et al., 2022).

Hal ini kemudian yang dilakukan oleh ChatGPT, dimana sejak akhir tahun 2023 telah digembar-gemborkan sejumlah harga tertentu terkait penggunaan ChatGPT premium guna menambah keleluasaan pengguna dalam memanfaatkan digital tools ini.

Terlepas dari perubahan konsep bisnis tersebut, Profesor BhaskarVira dari Universitas Cambridge mengamini pendapat Yu (2023). Bahwa mahasiswa harus sepenuhnya memanfaatkan teknologi AI, seperti ChatGPT dan tools baru lainnya dan seharusnya dalam hal penggunaan tidak dibatasi. Teknologi ini dapat membantu siswa menguasai dengan lebih baik pengetahuan dan meningkatkan efisiensi pembelajaran (Yu, 2023).

Hal ini karena, sudah terdapat penelitian yang menggunakan teknologi AI untuk mendeteksi keandalan data eksperimen dan peneliti berhasil menulis serta menerbitkan makalah akademis dengan bantuan AI (Bai et al., 2022).

Bisa dibayangkan, pekerjaan berat dalam konteks riset dan penulisan ilmiah akan semakin dipermudah dengan kehadiran digital tools berbasis AI dalam wujud chatbot yang ditawarkan oleh ChatGPT ini. Tentunya ini bisa menjadi angin segar bagi kalangan akademisi, tidak terkecuali mahasiswa yang dewasa ini dituntut untuk dapat melakukan riset dan publikasi.

Hal ini senada dengan riset yang baru-baru ini saya lakukan bersama Dosen saya di Pascasarjana FEB UB (Baca: Understand the role of user-generated content on purchase intention of ChatGPT premium in undergraduate student). Hasil penelitian ini menyoroti bahwa penerimaan akademisi dari kalangan mahasiswa S1 akan kecerdasan buatan ini sangatlah tinggi. Sebesar 92% mahasiswa S1 mengaku bahwa keberadaan ChatGPT sebagai digital academic writing tools berbasi AI. Angka ini sangatlah besar. Namun apakah penerimaan ini dapat diiringi dengan intensi untuk berlangganan ChatGPT Plus (akun premium ChatGPT) dengan fitur yang lebih advanced?

Sayangnya jawabannya adalah tidak.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top