Sangat terlambat!! Pembahasan ini memang sangat terlambat. Huru-hara terkait sang ‘queen of trad wife’ sudah berganti dengan huru-hara terkait isu lain. Yah begitulah media sosial bekerja. Setidaknya keluarga besar mereka (sepasang suami-istri dan 8 anaknya) kini bisa bernafas lega. Mereka tidak lagi menjadi bahan ‘ghibah‘ netizen seantero dunia.
Namun, topik ini masih menggelitik bagiku hingga detik ini. Sedemikian cepatnya isu ini mereda hingga berbaliknya hujatan menjadi sanjungan setidaknya patut untuk ditelisik.
Sebelum berbicara terlalu dalam, mari kita berada di koridor bagaimana media sosial bekerja. Meskipun suatu isu tidak akan pernah abadi untuk terus menerus menjadi perhatian warganet, namun berubahnya genderang perang menjadi nyanyian seruling nan indah dari para netizen sudah cukup membuktikan.
Bahwa media sosial hanyalah sebuah ‘panggung’. Pertunjukan yang dipertontokan di sebuah panggung sudah sepatutnya menuai beragam reaksi dari para ‘penonton’.
Lantas, jutaan dukungan kepada pemeran utama dalam kisah ini (mantan ballerina, Hannah) akankah menjadi sia-sia? padahal mayoritas dari mereka yang menyuarakkan rasa gatal di tenggorokan mereka akan asumsi-asumsi terkait kontroversi ini sudah sedemikian nyaringnya.
Satu opini bahwa Hannah ‘terdzolimi’ diamini oleh ratusan hingga jutaan opini lain. Di sinilah echo chamber terbentuk. Suara itu kompak tertuju pada anjuran bagi Hannah untuk lebih menghargai dirinya sendiri.
“Wujudkan mimpimu”
“you deserve better”
“You deserve a greece tickets“
“belikan dia tiket ke yunani!!”
Dan beragam seruan lain, nyatanya dibantah mentah-mentah oleh Hannah dalam satu video pendek berbalut a day in my life setelah dirinya dan keluarganya menjadi bahan pergunjingan global.
She insist, she’s fine!
Good for her. Mari kita kembali ke pertanyaanya sebelumnya? akankah semua dukungan menjadi sia-sia? tidak juga, saya rasa!
Dengan menolak terjebak dari echo chamber seperti yang telah disinggung diatas, bisa jadi kita akan mampu melihat kondisi ini dari perspektif lainnya.
Buah manis dari kondisi ini adalah dia mendapat sorotan publik, engangement, semakin dikenal. Tentunya imbas yang paling nyata adalah branding produknya bisa jadi berhasil, Ballerina Farm.
Tidak hanya itu, tanpa menunggu berlama-lama sejak dugaan dirinya menjadi korban misoginis mencuat, berbondong-bondong user TikTok hingga centang biru hadir dengan video unboxing produk-produk Ballerina Farm.
Video disamping adalah footage video dari seorang kreator centang biru, @kenapeay. Di bio-nya, ia menuliskan deskripsi: Cook, Hike, Farmstands, and Travel! It’s a lifestyle! Happy you’re here!
Dalam video kreator bercentang biru tersebut, ada yang berpendapat bahwa muara dari segala drama ini adalah ‘jualan’. Dalam bisnis, apapun bisa ditempuh, yang terpenting ‘cuan’ ‘profit’, tidak terkecuali menggelembungkan isu-isu. Sekalipun isu tersebut berkaitan dengan kehidupan pribadinya. Begitulah komentar-komentar mereka jika dapat dikonklusikan.
Nyatanya, tidak ada yang tahu. Isu ini murni karena wujud perhatian netizen dunia sebagai buah dari interview dengan The Times yang dilakoni Hannah dan suaminya. Atau justru keduanya men-set kondisi ini sejak awal. Bahwa wawancara tersebut ‘made by their order’ untuk memulai kontroversi. Hingga ujungnya mereka mulai menaikkan awareness tentang produk-produk yang mereka miliki.
Who Knows?
Jika kalian pernah mendengar konteks ‘Bad News is a Good News’, maka kalian akan dengan cepat mampu memahami drama-drama yang bermunculan di media sosial. Tidak terkecuali terkait kondisi yang sedang kita bahas ini.
Sangat baik, bisa menambah wawasan luar biasa.
Terimakasih banyak