Selain disibukkan dengan peringatan kemerdekaan RI ke-79, masyarakat Indonesia di bulan Agustus ini juga dihebohkan dengan postingan viral Garuda biru terkait isu politik dinasti.
Tidak hanya itu, pada waktu yang hampir bersamaan warganet juga disibukkan dengan ke-kisruhan rumah tangga dan percintaan selebriti Indonesia.
Banyak hal terjadi di bulan kemerdekaan ini! Banyak masyarakat yang beropini bahwa Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Kondisi negara ini sudah sedemikian carut-marutnya.
Lantas — dengan kondisi demikian — apakah pernah terbersit di benak mereka untuk ‘melarikan diri’ saja? pindah ke negara lain yang mereka nilai lebih baik?
Mengacu dari kondisi tersebut, saya mencoba melempar sebuah utas bertajuk “Kalau kalian bisa pindah warga negara, kalian milih ke negara mana gengs?”
Berikut, rangkuman jawaban yang berhasil saya dapatkan dari utas tersebut!
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa jawaban teratas negara yang akan mereka tuju jika bisa pindah warga negara adalah Jepang (20%). Hal ini bukan tanpa alasan. Jepang dipilih warganet karena saat ini sedang mengalami ‘krisis manusia’ — angka kelahiran sangat kecil. Populasi Jepang semakin ‘menyusut’ dari waktu ke waktu.
Terlebih — menurut warganet– Jepang adalah salah satu negara (selain Estonia dan Jerman) yang masih mau mempekerjakan individu di usia 40-an tahun. Kondisi ini sangat berbanding terbalik dengan Indonesia. Dimana terdapat UU yang membatasi usia pelamar kerja. No salty! Tapi memang beginilah kenyatannya di negeri tercinta kita ini.
Selanjutnya, Australia menduduki peringkat kedua negara tujuan warganet jika ingin pindah kewarganegaraan. Alasannya masih serupa, tidak jauh-jauh dari soal pekerjaan.
“australia kerja ga perlu ijazaah yg penting rajin dan digajinya perjam lagi behhh mantap” — tulis salah satu warganet di utas yang saya buat.
Meski demikian, jawaban tertinggi (35%) dari warganet masih memilih untuk bertahan di Indonesia. Alasannya beragam, mulai dari karena telah cinta mati dengan tanah air, dekat dengan orang tua/keluarga (tidak diragukan darah ‘ketimuran’, jauh dari kata individualistik) hingga tidak kuasa meninggalkan makanan asli Indonesia yang sudah sedemikian melekat di ‘lidah’ mereka.
“Aku sudah cinta mati sama Indonesia”
“Ga pingin….Indonesia itu indah”
“Ga kemana mana. Soalnya di LN ga ada ortu dan mertua yg bantu ngemong bocil hehe”
“susah ini. mesti bawa tukang cakue, tukang jualan pete & jengkol, tukang baso ngikut kalo nggak gue gamau pergi -_-“